model pembelajaran cooperative learning

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Drs. M. Djumali, M.Pd

Disusun Oleh :

Arofah Septa Linda M (A 210100024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Eng Tek dalam Kanda, 2001: 27).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah menyangkut teknik mengelompokkan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama pada kelompok kecil yang umumnya tediri dari kelompok kecil empat atau lima orangyang tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian model pembelajaran cooperative learning
  2. Cirri-ciri dan tujuan pembelajaran kooperatif
  3. Penerapan pembelajaran kooperatif

 

  1. Tujuan
  1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif
  2. Untuk mengetahui cirri-ciri dan tujuan pembelajaran kooperatif
  3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Eng Tek dalam Kanda, 2001: 27).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah menyangkut teknik mengelompokkan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama pada kelompok kecil yang umumnya tediri dari kelompok kecil empat atau lima orangyang tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Ada lima unsur dasar yang membedakan Cooperative Learning dengan kerja kelompok, ciri Cooperative Learning yaitu akuntabilitas individual, interaksi tatap muka, keterampilan seusia, proses kelompok dan saling ketergantungan yang positif.

Ketergantungan positif adalah perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lainnya pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang struktur kelompok, tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar mengevaluasi dirinya dengan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami bahan pelajaran.

Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja sama.

Penyerapan model Cooperative Learning dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memperkuat pelajaran akademik setiap anggota kelompok dengan tujuan agar para siswa lebih berhasil dalam belajar dari pada belajar sendiri. Sebagai konsekuensinya untuk menjamin bahwa setiap siswa berhasil dan benar-benar bertanggung jawab terhadap pelajarannya sendiri maka setiap siswa harus diberi tanggung jawab secara individual untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri dan mengetahui apa yang telah ditargetkan dan yang harus dipelajari. Oleh karena itu, unsur terpenting yang harus dipahami oleh para guru adalah apabila tugas dibagi dalam kelompok jangan sampai hanya diperiksa/dievaluasi atau tidaknya tugas itu dikerjakan secara kelompok, melainkan harus terjadi interdepensi tugas antara kelompok karena tujuan Cooperative Learning bukan terselesaikannya tugas-tugas kelompok, tetapi para siswa belajar dalam kehidupan kelompok yang mampu saling membelajarkan antar anggota kelompoknya

Ketergantungan yang positif dalam Cooperative Learning akan memotivasi para siswa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan temannya, kemampuan untuk saling mempengaruhi dalam membuat alasan dan kesimpulan antara satu dengan yang lain, social modeling, dukungan social, apabila guru dalam menstruktur kelompok dalam bentuk interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka selain memberikan motivasi yang penting bagi performans seorang siswa juga akan meningkatkan saling mengetahui keberhasilan akademik setiap siswa dan personal masing-masing. Cara ini akan mendukung dan memperkuat makna ketergantungan yang positif dan mempermudah siswa untuk mempromosikan keberhasilan siwa yang lain sebagai keberhasilan kelompok.

  1. Cirri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

  • untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama

  • kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

  • jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

  • penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

  • Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

  • Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

  • Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

Penguasaan keterampilan sosial dalam Cooperative Learning perlu dimiliki para siswa terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Namun karena para siswa baru saja ditempatkan dalam kelompok-kelompok dan diharapkan dapat menerapkan keterampilan sosial yang tepat, maka tidak secara otomatis mereka akan mampu menerapkannya dengan baik. Sedangkan dalam Cooperative Learning para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi seperti mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, negoisasi dan klasifikasi secara teratur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan tersebut, guru perlu menerangkan dan mempraktekkan tingkah laku dan sikap-sikap interaksi sosial yang diharapkan untuk dilakukan.

  1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.

Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :

  • Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
  • Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
  • Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
  • Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.

Sesuai dengan filosofi kontruktivisme, bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak mendokrinasi gagasan saintifik, sehingga sistem perubahan gagasan siswa adalah siswa itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, penyedia “kondisi” supaya proses pembelajaran dalam upaya memperoleh konsep pengukuran volume berlangsung benar. Beberapa pola yang harus dikembangkan oleh guru yang mengacu kepada Cooperative Learning sesuai dengan filosofi kontruktivisme adalah :

  • Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok
  • Mendorong siswa untuk mengadakan penelitian sederhana lewat alat peraga yang dimanipulasi
  • Guru mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan praktis dan memberi peluang untuk mempertanyakan dan memodifikasi serta mempertajam gagasannya

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah menyangkut teknik mengelompokkan yang didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama pada kelompok kecil yang umumnya tediri dari kelompok kecil empat atau lima orangyang tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

http://nesaci.com/contoh-metode-pembelajaran-cooperative-learning/

http://muhfida.com/2010/12/pembelajaran-kooperatif-materi/

 

Tinggalkan komentar